Nama Bayi Laki-Laki Dan Perempuan

Tuesday, March 31, 2009

Download Murotal Gratis




1. Translation of the meaning of the Holy Quran
2. Abd AlWADOOD Haneef
3. Abd-ALLAH Basfar-MUJAWWAD
4. Abdel Aziz Al Ahmed
5. Abdul Azeez az-Zahrany
6. Abdul Badeia Abu Hashem
7. Abdul Fattah Shashaey
8. Abdul Khaliq Ali
9. Abdul Muhsen al-Harthy
10. Abdul Muhsen Al-Qasem & Thobaity
11. Abdul Munem Abdul Mobdi
12. Abdul Qadir Abdullah
13. Abdul rahman abdul khaliq
14. Abdul Rahman Alsudais
15. Abdul-Aziz Nada
16. Abdul-BARY Al-Thobaity
17. Abdul-Bary Mohammad
18. Abdul-WAHHAB Al-Tantawy
19. AbdulBASET -Mujawwad
20. AbdulBasit AbdulSamad
21. AbdulBasit AbdulSamad (warsh)
22. AbdulHadi Kanakry
23. Abdulhamed Hafeth
24. AbdulKarim Ad-Diwan
25. Abdulla al-Khelaify
26. Abdulla al-Rifaey
27. Abdullah al-Buraimy
28. Abdullah Al-johany
29. Abdullah Al-Matrud
30. Abdullah Basfar
31. Abdullah Khayyat
32. AbdulRahman AlMishary
33. Abu Hajar Al-Iraqi
34. Abu Huthaifa Almakki
35. Abul Wafa Al-Saeedy
36. Adel AL-Kalbany
37. Adel AL-Kalbany…sho3ba
38. Adel Rayyan
39. Ahmad A. AlTorjuman
40. Ahmad Abdul-Ghaffar Bahbah
41. Ahmad Al-Me’serawe
42. Ahmad Al-Me’serawe (Abe AlHareth)
43. Ahmad Al-Me’serawe (Alddore An Abe Amr)
44. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Jammaz)
45. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Thakwan)
46. Ahmad Al-Me’serawe (Ebn Wardan)
47. Ahmad Al-Me’serawe (Eshaq AlWarraq )
48. Ahmad Al-Me’serawe (Khalaf)
49. Ahmad AlHawashe
50. Ahmad bin Ali Al-Ajmy
51. Ahmad Khalil Shaheen
52. Ahmad Sameer Sharara
53. Ahmed al-Trabulsy
54. Ahmed Ibrahim
55. Ahmed Sameer
56. Al-Ashry Imran
57. Al-Dokaly Mohammed al-Alem -Qaloon
58. Ali Al-Hothaify
59. Ali Al-Hothaify - Qaloon
60. Ali bin Jaber
61. Ali Hajjaj Al-Suwaisy
62. Ali Saleh al-Balloushy
63. AlOyoon AlKoshe (warsh)
64. Ameen Abdul-Hameed
65. Anwar al Sabban
66. Ashraf Al Basyony
67. Ayman Mursy
68. Fahd al-Badry
69. Fahd al-Ghurab
70. Fahd al-Kundury
71. Faisal Abdul-Rahman al-Shiddy
72. Faisal Al-Hulaiby
73. Faris Abbad
74. Hani Ar-Refa’i
75. Hazza’ Al-Masory
76. Hesham Al-muhaimeed
77. Hosain Al-Alshaikh
78. Ibraheem AbduLLAH al-Marzouqy
79. Ibraheem al-Akhdar
80. Ibraheem Al-thwaini
81. Ibrahem Asery
82. Ibrahim al-Amry
83. Ibrahim Al-Jibreen
84. Ibrahim As-Sa’dan
85. Ismael al-Shiekh
86. Jazza’a Al-Sowaileh
87. Khaled Al-Majed
88. Khaled al-Muhanna
89. Khalid AboShadi
90. Khalid Al-Qahtani
91. Khalid Al-Saeedi
92. Khalid Ar-rumaih
93. Lafy al-ouny
94. Maged al-Zamel
95. Maher al-Mueaqly
96. Mahmoud Al-Hosary
97. Mahmoud Al-Hosary (Egyptian Radio)
98. Mahmoud Alhosary-Dury
99. Mahmoud Alhosary-warsh
100. Mahmoud Ali al-Banna
101. Mahmoud Emad AbdulFatah
102. Mahmoud Ghonaym
103. Mahmoud Hosary - learning
104. Majed Farouk
105. Mamoon al-Rawy
106. Mishal Yousuf al-Matar
107. Mishary Rashed - Sho’ba
108. Mishary Rashed al-Efasy (1424 H)
109. Mishary Rashed al-Efasy (Albazzi)
110. Mishary Rashed al-Efasy (warsh)
111. Mishary Rashid Al-Efasi
112. Mohammad Abdul Hady
113. Mohammad al-Dubeykhy
114. Mohammad Al-Luhaidan
115. Mohammad al-Zenan
116. Mohammad Farouk - qaloon
117. Mohammad Farouk Mansy
118. Mohammad Hassan
119. Mohammad Ibrahim Shalaan
120. Mohammed Abo Sunaina-qaloon
121. Mohammed Almohaisny
122. Mohammed Ayyoob
123. Mohammed El Sherief
124. Mohammed Nizar bin Marwan
125. Mohammed Rif’at
126. Mosa Hasan Meyan
127. Muhammad AbdulKareem
128. Muhammad AbdulKareem-Bezzy
129. Muhammad Al-Barrak
130. Muhammad al-Majed
131. Muhammad al-Munajjed
132. Muhammad al-Tablawy
133. Muhammad al-Tayyeb Hamdan
134. Muhammad al-Ubaid
135. Muhammad Ayyoub -from Haram
136. Muhammad Jibreel
137. Muhammad Khalil
138. Muhammad Saleh Abu-Zaid
139. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe
140. Muhammad Sedeeq Al-Menshawe-learning
141. Muhammad Yusuf
142. Muhammed al-Imam
143. Muhammed Fallata
144. Muhammed Ismael
145. Mustafa Ezzat Humaidan
146. Mustafa Gharby -Warsh
147. Mustafa Ismael
148. Nabeel Al-Refaee
149. Nader Al-Qalawe
150. Naser Al-Qetami
151. Nassir Al-Ghamidi
152. Neamah Alhassan
153. Nour el-Deen Ahmed
154. Qadry Muhammad
155. Qadry Muhammad (rewayat albizzy)
156. Qadry Muhammad (rewayat qaloon)
157. Qadry Muhammad (rewayat shu’ba
158. Qays Hael & Hasan Qaree
159. Ramadan al-Sabbagh
160. Reda AbdulMehsen
161. Reyad al Khulaify
162. Ricitation from al-Masjid al-Nabawy
163. Riyad AlFawaz
164. Sa’d Al-Ghomidi
165. Saad Hasan
166. Saber Abdul-Hakam
167. Said Saeed
168. Salah Al-Budair
169. Salah al-Hashem
170. Salah al-Hashem (sosi)
171. Salah al-Zayyat
172. Salah Alrashed
173. Salah Bo Khater
174. Saleh al-Amry
175. Saleh Al-Habdan
176. Saleh al-Mukayteep
177. Saleh Al-Taleb
178. Salem Abdul-Jaleel
179. Samer Al-Basheree
180. Sami Al-Dosary
181. Sayyed Jomah
182. Sa’eed Sha’lan
183. Shaaban ElSayiad
184. Shady al-Sayyed
185. Shaikh AbuBakr As-Shatery
186. Su’ud As-Shuraim
187. Sulaiman hamad Al-oda
188. Sultan Althiabi
189. Sultan H. Al-Owaid
190. Talha Mohammed Tawfeeq
191. Tareq al-Hawwas
192. Tareq Ibrahim
193. Tawfiq As-Sayegh
194. Teaching Quran for Children
195. Umar al-Quzbary
196. Usama al-safi
197. Usama Khayyat
198. Waleed al-Dleemy
199. Waleed al-Maged
200. Waleed Atef
201. Waleed Idrees - alsousy
202. Waleed Idrees - Khalaf
203. Yahya al-Yahya
204. Yahya Hawa
205. Yaseen Darweesh
206. Yasser al-Dosary
207. Yasser Alfailekawe
208. Yasser Ibraheem Al-Mazroee (Ruwais & Raoh An Yaaqob)
209.Yasser Sabry
210. Yasser Salamah
211. Yasser Seyry
212.Yousuf al-Shweey
213. Zeyad

Monday, March 30, 2009

Kisah Nabi Hud a.s




Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Mayoritas di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh topan. Sedangkan minoritas di antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:

"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)

Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:

"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)

Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya topan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan setan mulai mengeluhkan pengangguran.

Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari topan."

Oleh karena itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung-patung itu berubah—dengan bisikan setan—menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah kaumnya.

Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:

"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.' (QS. Fushilat: 15)

Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:

"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya." (QS. Hud: 50)

Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.

Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahwa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."

Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beter¬bangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke asalnya. "Kemu¬dian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.

Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.

Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?

Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahwa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.

Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. Bahwa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara-perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh karena itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.
Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al-Mu`minun: 33-37)

Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahwa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahwa Allah SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari kebangkitan itu merasa bahwa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulit¬an itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. Karena Dia tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)

Kita juga memperhatikan firman-Nya:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)

Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' karena mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:

"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia." (QS. al-Mukminun: 33)

Karena pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang kita minum? Bahkan barangkali karena kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"

Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh karenanya Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah SWT."

Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mere¬ka bahwa hanya Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.

Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan karena kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:

"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 53-54)

Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri mereka, sampai pada batas bahwa mereka menganggap, bahwa Nabi Hud telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan mereka bahwa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "

Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:

"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)

Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.

Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji-Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan karena ia mendapatkan keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demi¬kian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, bahwa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.

Ia mengetahui bahwa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.

Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.
Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.

Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghan¬curkan dan membunuh apa saja yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.
Allah SWT berfirman:

"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS. al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)

Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.

Kisah Nabi Nuh a.s




Penyembahan Patung dan Politheisme

Nuh adalah Rasul pertama yang diutus menyampaikan risalah kepada kaumnya ketika mereka sudah berpaling menyembah patung-patung dan berbuat kezhaliman dan kekufuran.

Al-Qur’an menyebutkan nama patung-patung yang disembah kaum Nabi Nuh sebagaimana dikatakan oleh pembesar-pembesar mereka sebagai berikut, "Dan mereka berkata, ‘Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan), tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa, yaghuts, ya’uq, dan nasr.’ Dan sesungguhnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang zhalim itu selain kesesatan." (Qs. 71 : 23-24)

Di samping itu, mereka masih mempunyai sesembahan-sembahan lain sebagaimana diisyaratkan oleh ayat yang berbunyi: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan), tuhan-tuhan kamu’. Dikatakan bahwa yang maksud adalah bintang-bintang yang tampak di malam hari dan tenggelam di siang hari, dijadikan oleh mereka sebagai patung-patung yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka.

Nabi Nuh telah mempergunakan waktu panjang dalam berdakwah untuk menyembah Allah. Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun."(Qs. 29 : 14)

Akan tetapi, waktu yang begitu panjang tidak menghasilkan buah keberhasilan di kalangan mereka. Hanya sedikit kaum yang beriman dari kalangan mereka. Bahkan seorang ayah, apabila anaknya sudah menginjak umur dewasa, mewasiatkan agar tidak mengikuti Nuh sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa anak-anak tersebut mewarisi kemusyrikan dan kemaksiatan orang tuanya.

Dakwah ke Jalan Allah

Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kau ini orang yang menyampaikan ancaman Allah dan menerangkan jalan keselamatan kepada kalian. Maka beribadahlah hanya kepada Allah saja, dan jangan menserikatkan-Nya, karena aku mengkhawatirkan kalau kalian menyembah kepada selain-Nya dan menyekutukan-Nya akan mendapat adzab yang sangat pedih pada Hari Kiamat nanti.

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata) ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa adzab (pada) hari yang sangat menyedihkan.’"(Qs. 11 : 25-26)

Sebagaimana kata Nuh pula, ‘Sesungguhnya jika kalian taat kepada Allah dan menjauhi keburukan, niscaya Allah akan mengampuni dosa kalian yang telah lalu dan membebaskan kalian menikmati kenikmatan dunia sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah. Akan tetapi kalian berbuat maksiat terhadap Tuhan, maka Tuhan tak akan menangguhkan umur kalian bahkan segera akan menimpa adzab yang datang secara tiba-tiba kepada kalian, sehingga tidak merasakan dan menduga-duga kapan datangnya adzab itu.’

"Nuh berkata, ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertaqwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu, sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.’"(Qs. 71 : 2-4)

Kesombongan Kaum Kafir

Akan tetapi, kaum Nabi Nuh tidak mau menghiraukan nasehat dan ancaman Allah. Mereka mengingkari kenabian Nuh bedasarkan beberapa alasan berikut ini:

1. Nuh adalah manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum, bagaimana mungkin manusia biasa menjadi Nabi? Nabi, menurut pandangan mereka haruslah seorang Malaikat.

2. Pengikut-pengikut Nuh adalah orang-orang lemah, yakni orang-orang fakir yang terdiri dari para buruh, petani, dan orang-orang jembel. Mereka yang mengikuti Nuh, menurut anggapan mereka, tanpa berpikir lebih dulu, dan tidak mempunyai kelebihan apa-apa.

3. Mereka menuduh Nuh dan para pengikutnya sebagai orang-orang bohong. Tetapi, tuduhan mereka hanya berdasarkan sangkaan tanpa bukti.

"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta."(Qs. 11 : 27)

Dalam ayat lain, al-Qur’an menggambarkan kesombongan dan pembangkangan kaum Nuh terhadap dakwahnya dan mencelanya sebagai pihak yang sesat. Di samping itu, digambarkan tentang kelemah-lembutan Nuh dan kesabarannya dalam menghadapi cemooh itu. Nuh menerangkan kepada mereka bahwa sama sekali tidak luar biasa jika Allah mengutus seorang Rasul salah seorang dari kaum itu, kemudian memberi nasihat dan peringatan menuju rahmat Allah dan ridha-Nya, termasuk kepada kaumnya.

"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.’ Nuh menjawab, ‘Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak ketahui. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat rahmat.’"(Qs. 7 : 60-63)

Nuh Melanjutkan Dakwahnya

Nuh melanjutkan dakwahnya dengan mempergunakan metoda diskusi dan menanggulangi kekerasan hati mereka. Nuh berkata kepada kaumnya, ‘Bagaimana pendapatmu tentang status diriku di depan matamu, andaikan aku mempunyai bukti yang kuat dari Tuhanku bahwa Dia memberiku kenabian dan risalah dengan rahmat dan fadlilah-Nya? Sebenarnya yang menutup diri kalian untuk menerima petunjuk adalah kebodohan dan terpedayanya dengan harta dan empuknya kedudukan. Apakah dapat dibenarkan kiranya kalau aku membenci kebandelan kalian sebagai imbangan kebencian kalian terhadap kenabianku? Padahal aku ini tidak meminta imbalan dalam memberi petunjuk kepada kalian, baik berupa harta maupun kedudukan. Akan tetapi aku hanyalah mengharapkan pahala Allah semata.’

Rupanya, perkataan Nuh kali ini tampak berpengaruh di kalangan mereka. Akan tetapi mereka mendapatkan bahwa pengikut-pengikut Nuh terdiri dari orang-orang fakir dan orang-orang lemah yang jauh mempunyai perbedaan dengan mereka, baik segi sosial maupun kekayaan. Maka, mereka mensyaratkan akan beriman kepadanya asalkan Nuh mau menjauhkan orang-orang lemah darinya, mengusir dan menghalau mereka ketika mengikuti dakwahnya. Mendengar perkataan mereka itu, Nuh menjawab, ‘Aku sama sekali tidak akan mengusir orang-orang beriman itu karena hanya ingin memenuhi permintaan kalian atau karena hanya penghinaan kalian terhadap mereka. Tidak, mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dan akan menemui Tuhan mereka pada Hari Kiamat dengan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun kalian, menurut pandanganku adalah orang-orang yang bodoh. Semua orang, dalam pandangan Allah adalah sama. Dia tidak mengklasifikasikan manusia berdasarkan kekayaan dan kedudukan di dunia ini. Hai kaumku, ketahuilah! Tidak ada seorang pun yang bisa menolong dan menyelamatkanku dari siksa Allah andaikan aku mengusir mereka sesudah mereka beriman. Apakah kalian tidak ingat bahwa mereka mempunyai Tuhan yang akan menolong mereka? Kemudian, aku tidak pernah mengatakan bahwa aku pemilik gudang Allah yang bisa mempergunakan sesuatu menurut kehendakku. Aku tidak mengatakan bahwa aku tidak lebih mengetahui yang ghaib dan tidak mengatakan bahwa aku seorang malaikat sehingga mereka mau mengikutiku. Sebenarnya, aku tidak lebih dari seorang manusia biasa. Aku tidak mengatakan kepada orang-orang yang kamu hina bahwa Allah tidak mendatangkan keberuntungan kepada mereka karena mencari muka di hadapan kalian. Karena, Allah sendiri Maha Mengetahui keikhlasan dirimu. Kalau aku lakukan perbuatan itu karena untuk memenuhi permintaanmu, niscaya aku ini termasuk golongan orang-orang yang sesat.’

"Berkata Nuh, ‘Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika ada yang mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat di sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu? Apa akan kami paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?’ Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepadamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.’ Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (adzab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka, tidaklah kamu mengambil pelajaran? Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa) aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat-malaikat, dan juga tidak aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu.’ Sekali-kali tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; Sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zhalim."(Qs. 11 : 28-31)

Keingkaran yang Mencelakakan

Perkataan dan nasihat Nuh tidak berbekas di dalam hati kaumnya. Bahkan mereka membantah, ‘Hai Nuh, kau telah menentang kami secara berlarut-larut. Maka andaikan benar dakwahmu itu, cobalah kau datangkan adzab yang kau ancamkan itu.’ Nuh menjawab, ‘Masalah adzab itu pada kekuasaan Allah dan Dialah yang akan menimpakan adzab kepada kalian dan tak dapat seorang pun melarang-Nya. Sama halnya dengan nasihat yang telah aku sampaikan kepadamu, namun kalian tidak mau memanfaatkannya walaupun aku menghendaki kebaikan kalian di balik nasihat itu. Andaikan Allah menghendaki untuk menjerumuskan kalian yang disebabkan kebobrokan mental kalian sehingga tidak mau menerima kebenaran itu maka Allah swt itu memang Tuhan kalian. Pada Hari Kiamat nanti, kalian semua akan kembali kepada-Nya, dan akan memberi balasan sesuai dengan perbuatan-perbuatan kalian di dunia.

"Mereka berkata, ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.’ Nuh menjwab, ‘Hanyalah Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.’"(Qs. 11 : 32-34)

Mengadu kepada Allah

Sesudah Nabi Nuh menemui jalan buntu dalam menghadapi kaumnya, ia mengadukan penentangan itu kepada Allah, ‘Hai Tuhanku, hamba telah menyeru kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan patung. Aku benar-benar mengharapkan agar mereka mau beriman dan aku sudah berusaha dengan menggunakan bermacam-macam cara tak kenal waktu siang maupun malam. Akan tetapi, hasil dari harapan dan dakwahku untuk beribadah kepada-Mu hanyalah penentangan dan keacuhan. Ketahuilah hai Tuhanku, ketika aku berdakwah untuk menyembah-Mu mereka sangat berlebihan dalam keburukan. Mereka tutup telinga dengan ujung-ujung jarinya agar tidak mendengar dakwahku. Bahkan saking bencinya padaku mereka tutup seluruh tubuh mereka dengan kain-kain agar tidak bisa melihat aku dan dakwah yang aku sampaikan kepada mereka. Mereka itu memang benar-benar keterlaluan dalam menentang dakwah ke jalan Allah. Bahkan mereka sangat sombong dalam memperlakukan para pengikutku dan menanggapi dakwahku. Kemudian, hai Tuhanku, aku lanjutkan dakwahku dengan mempergunakan berbagai macam metode, kadang-kadang dengan terang-terangan di depan jama’ah mereka, kadang-kadang secara perseorangan dan sembunyi-sembunyi. Aku katakan pada mereka, mintalah ampun kepada Tuhan kalian atas kekufuran dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan, sesungguhnya Tuhan Maha Penerima Taubat dan mengampunkan dosa-dosa hamba-Nya. Dia akan memberi pula taubat dan permohonan kalian. Kemudian akan menurunkan hujan lebat yang menyuburkan tanah-tanah kalian. Memberi rezki yang berupa harta benda yang membuat kalian makmur, memberi kepada kalian keturunan sebagai kekuatan yang membentengi, kebun-kebun yang menyegarkan kehidupan, sungai-sungai sebagai irigasi sawah kalian.’

"Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.’"(Qs. 71 : 5-12)

Berpaling kepada Kekuasaan Allah

Setelah Nuh menerangkan arti istighfar kepada kaumnya dan kaitannya dengan kebahagiaan duniawiyah, ia mengalihkan pandangan kaumnya kepada kekuasaan Allah dengan maksud agar mereka mau beriman. Dia berkata kepada kaumnya, ‘Bagaimana kalian tidak takut kepada keagungan dan kekuasaan Allah yang telah menciptakan kalian secara evolusi, dari nutfah menjadi ’alaqah kemudian mughdah dan terakhir dijadikan tulang dan daging.’

Allah berfirman, "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."(Qs. 71 : 13-14)

Kemudian Nuh melanjutkan dakwahnya dengan memalingkan pandangan mereka kepada kekuasaan Allah yang ada di angkasa raya ini. Allah telah menciptakan bintang-bintang, bulan yang beredar di atas agar menerangi kalian di bumi pada malam hari, matahari sebagai pelita yang menerangi di siang hari, dan menciptakan kalian dari tanah serta tanaman-tanaman yang menjadi kebutuhan makan kalian tumbuh dari tanah pula. Kemudian kalian dikembalikan ke dalam tanah sesudah mati (dikubur) dan dibangunkan kembali pada Hari Kiamat untuk dihisab. Hal itu bagi Allah adalah mudahnya menciptakan bumi yang terbentang ini, agar kalian bisa mencari sarana yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan rezki dan ilmu pengetahuan.

Allah berfirman, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu dari tanah dan mengeluarkan kamu (dari padanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu."(Qs. 71 : 15-20)

Ancaman terhadap Nuh

Dakwah Nuh hanya berpengaruh kecil sekali bagi kaumnya sebagaimana diterangkan oleh al-Qur’an. "….Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit."(Qs. 11 : 40)

Adapun kebanyakan kaumnya mengacuhkan dan membohongkannya, bahkan mengatakannya gila. Mereka juga menanggapinya dengan mengeluarkan ancaman dan kehinaan. Allah berfirman, "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, ‘Dia seorang yang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.’"(Qs. 54 : 9)

Mereka mengancam untuk merajam Nabi Nuh. Mereka berkata, "Sungguh, jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam." (Qs. 26 : 116)

Akan tetapi Nuh tidak menganggapnya itu, bahkan Nuh menantangnya dengan berkata, ‘Seandainya eksistensiku sebagai penyampai risalah Tuhanku ini merupakan siksaan bagi kalian, maka aku pun tak akan berhenti menyampaikan dakwahku sambil bertawakkal kepada Allah. Bersekutulah kalian dengan tuhan-tuhan yang bathil itu untuk memusuhiku, namun aku takkan gentar. Cepatlah laksanakan kejahatan kalian kepadaku kalau kalian mampu menyiksaku. Namun, ingatlah kalian tak akan mampu melaksanakannya karena Tuhanku melindungiku dengan kasih sayang. Maka kalau kalian tetap saja menentang dakwahku, hal itu sama sekali tidak akan membahayakanku karena aku tidak minta upah dari dakwahku ini. Upahku hanyalah dari Allah semata, Dia telah memerintahku untuk tunduk kepada-Nya saja.’

Allah berfirman, "Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, ‘Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri kepada-Nya."(Qs. 10 : 71-72)

Sumber : Koleksi Nabi-nabi dalam al-Qur’an oleh Dr.Afif Abdullah

Monday, March 23, 2009

Kisah Nabi Idris a.s




Nabi Idris a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Nabi Idris merupakan rasul kedua daripada 25 rasul yang wajid diketahui oleh umat Islam

Kisah Nabi Allah Idris a.s

Tidak banyak keterangan yang didapati tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57: "Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam a.s. putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Menurut kitab tafsir 1000 tahun selepas Nabi Adam a.s wafat.

Nabi Idris dianugerahkan kepandaian di dalam pelbagai disiplin ilmu kemahiran serta mencipta peralatan yang digunakan manusia sekarang ini seperti penulisan, matematik, astronomi, dan lain-lain lagi. Menurut sebuah kisah, terdapat satu masa di mana kebanyakan manusia telah melupakan tuhan, dan bumi telah dihukum dengan kemarau. Walaubagaimanapun, Nabi Idris a.s. telah berdoa ke hadrat Allah s.w.t. dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan turunnya hujan.

Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Menurut sebuah buku The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris ialah nama Arab bagi Enoch. Beliau dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia yang dipilih oleh Allah s.w.t. sehingga beliau diangkat ke langit.

Satu kepercayaan yang tidak dipastikan kesahihannya mengatakan bahawa piramid telah dibina sebagai merujuk kepada Nabi Idris a.s., kerana di kawasan itulah di mana beliau diangkat ke langit.

Nasihat dan Pengajaran

Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kepada kemenangan.
2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat daripada Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3. Apabila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan pujian kepada Allah.
6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang bernasib baik , kerana mereka tidak akan banyak dan lama menikmati nasib baiknya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8. Tanpa membahagi-bahagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.

Firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat martabatnya. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a'alam bissawab.

Kisah Nabi Adam



Perintah Allah kepada malaikat dan iblis untuk sujud kepada Adam merupakan awal permusuhan iblis kepada manusia. Ia menolak perintah itu sehingga dihukum Allah. Namun iblis berjanji akan menyesatkan Adam dan keturunannya. Salah satu bentuk tipu dayanya adalah berhasil menggoda Adam untuk melanggar larangan Allah sehingga Adam dikeluarkan dari surga.

Allah subhanahu wa ta'ala ingin menampakkan penghormatan malaikat kepada kepada Nabi Adam secara lahir dan batin. Untuk itu, Allahmj subhanahu wa ta'ala perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam alaihisholatu was sallam:
“Sujudlah kepada Adam!” (QS. Al Baqarah: 34)

Hal ini merupakan penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam dan dalam rangka ibadah, cinta dan taat kepada Allah subhanahu wata’ala, serta tuduk kepada perintah-Nya. Segeralah para malaikat itu bersujud.

Namun iblis yang berada di tengah-tengah mereka yang tentunya ikut serta mendapatkan perintah itu -iblis itu sendiri bukan dari golongan malaikat melainkan dari golongan jin yang diciptakan dari api-, justru menyimpan kekafiran kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan kedengkian kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam. Kufur dan rasa dengki itu membuat iblis enggan sujud kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam. Tak cuma menunjukkan kesombongan, iblis bahkan menyangkal perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan mencela kebijaksanaan-Nya. Katanya:
“Saya lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.” (QS. Al A’raf: 12)

Maka Allah katakan:
“Wahai iblis, apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang telah Kuciptakan dengan dua tangan-Ku? Apakah engkau sombong ataukah engkau (merasa) termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” (QS. Shad:75)

Kekufuran, kesombongan, dan pembangkangan ini merupakan sebab terusirnya dan terlaknatinya Iblis. Allah subhanahu wa ta'ala katakan kepadanya:

“Turunlah kamu dari surga karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al A’raf: 13)

Iblis enggan tunduk dan bertobat kepada Tuhannya, bahkan menentang, meremehkan, dan bertekad bulat untuk memusuhi Adam alaihishalatu was sallam beserta anak cucunya. Ia pun menyiapkan dirinya saat mengetahui bahwa dirinya telah ditetapkan menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya. Ia, dengan ucapan dan perbuatan bersama bala tentaranya, berikrar untuk mengajak anak cucu Adam alaihishalatu was sallam agar menjadi golongan yang telah diputuskan untuk tinggal di rumah kehancuran (neraka). Iblis nyatakan hal itu dengan mengatakan kepada Allah subhanahu wa ta'ala:

“Wahai Rabbku, berilah aku waktu sampai hari kebangkitan.” (QS. Shad: 79)

Iblis benar-benar meluangkan waktu untuk menebar permusuhan di kalangan Adam alaihisholatu was sallam dan anak cucunya. Maka tatkala hikmah Allah subhanahu wa ta'ala menuntut agar manusia mempunyai tabiat dan akhlak yang berbeda-beda, maka Allah subhanahu wa ta'ala juga menentukan sesuatu yang menyebabkannya. Yaitu berupa cobaan dan ujian, dan yang terbesarnya adalah diberinya iblis kesempatan untuk mengajak anak Adam alaihishalatu was sallam kepada semua jenis kejahatan. Maka Allah subhanahu wa ta'ala pun menjawab:
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai pada hari yang telah di tentukan waktunya.” (QS. Shad: 80-81)

Iblis menyambut jawaban itu dengan menegaskan permusuhan kepada Adam alaihishalatu was sallam beserta anak cucunya dan menegaskan maksiatnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, katanya:
“Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf:16-17)

Iblis mengucapkan itu berdasarkan sangkaannya, karena ia tahu benar tabiat anak Adam alaihishalatu was sallam. “Dan iblis telah membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya kecuali sebagian orang-orang yang beriman.” (QS. Saba’: 20)

Allah berikan iblis kesempatan untuk melakukan perkara yang telah menjadi niatannya pada Adam alaihishalatu was sallam dan anak cucunya. Allah katakan:

“Pergilah, siapa yang mengikutimu dari mereka, maka jahannamlah balasan kalian semua sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak.” (QS. Al Isra: 63-64)

Yakni jika kamu mampu, jadikanlah mereka orang-orang yang menyeleweng dalam mendidik anak-anak mereka dengan didikan yang rusak dan dalam membelanjakan harta mereka kepada hal-hal yang mudharat, juga dalam mencari harta dari yang tidak baik. Begitu pula ikut sertalah dengan mereka jika mereka makan, minum, dan berjima’, yakni ketika mereka tidak menyebut nama Allah subhanahu wa ta'ala. Juga perintahkanlah mereka untuk tidak beriman dengan hari kebangkitan dan pembalasan dan agar mereka tidak melakukan kebajikan. Takut-takuti mereka dengan pembantu-pembantumu, berikan kekhawatiran pada mereka ketika berinfak yang baik dengan kefakiran.

Kesempatan yang Allah berikan ini sesungguhnya demi sebuah hikmah dan rahasia yang besar. Sungguh engkau wahai musuh yang nyata tidak akan menyisakan sedikitpun dari kemampuanmu dalam menyesatkan mereka. Manusia yang jahat akan nampak kejahatan dan kejelekannya, dan Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan mempedulikannya.

Adapun keturunan Adam alaihishalatu was sallam yang terpilih, baik dari kalangan para nabi dan pengikutnya, baik orang-orang yang sangat jujur dalam beriman, dan para wali-Nya, maka Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan menguasakan musuh ini (iblis) atas mereka. Bahkan Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan di sekitar mereka pagar pelindung yang begitu kuat, sebagai perlindungan dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Allah subhanahu wa ta'ala membekalinya dengan senjata yang tidak mungkin musuh bisa menandinginya, yaitu kesempurnaan iman dan tawakal mereka kepada Rabb-nya.

“Sungguh mereka tidak memiliki kekuatan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. An Nahl: 99).

Juga Allah subhanahu wa ta'ala bantu mereka dalam menghadapi musuh yang nyata itu di antaranya dengan menurunkan kitab-kitab yang mencakup ilmu yang bermanfaat, nasehat yang mengena yang memberi semangat untuk melakukan kebajikan dan memperingatkan dari kejelekan. Selain itu, Allah subhanahu wa ta'ala juga mengutus para Rasul yang membawa kabar gembira kepada mereka yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan mentaati-Nya dengan pahala.

Juga memperingatkan orang-orang kafir, yang mendustakan dan berpaling dari Allah, dengan berbagai macam hukuman. Allah subhanahu wa ta'ala juga menjamin orang yang mengikuti petunjuk yang terkandung di dalam kitab-Nya yang dibawa oleh rasul-Nya tidak sesat semasa di dunia dan tidak sengsara kelak di akhirat, tidak takut, serta tidak tertimpa perasaan sedih.

Demikian juga Allah subhanahu wa ta'ala bimbing mereka melalui kitab dan para rasul-Nya kepada hal-hal yang bisa melindungi mereka dari musuh yang nyata ini. Allah subhanahu wa ta'ala pun menerangkan kepada hamba-Nya, misi yang dibawa setan dan strateginya dalam menjaring manusia ke dalam perangkapnya. Juga Allah subhanahu wa ta'ala bimbing mereka kepada jalan yang menyelamatkan mereka dari kejahatan setan dan fitnahnya, dan membantu dengan bantuan yang di luar kemampuan mereka. Karena, ketika mereka mengeluarkan segala daya upaya dan minta bantuan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, akan mudah bagi mereka jalan mana saja yang dituju.

Setelah itu Allah subhanahu wa ta'ala sempurnakan nikmat kepada Adam alaihishalatu was sallam dengan menciptakan istrinya Hawa dari dirinya dan jenisnya. Ini dimaksudkan agar tercapai ketenangan dan tujuan-tujuan lain seperti pernikahan, kebersamaan, dan adanya anak keturunan.

Allah subhanahu wa ta'ala juga memperingatkan Adam dan istrinya, untuk berhati-hati dari setan karena sesungguhnya setan adalah musuh bagi mereka berdua. Jangan sampai iblis mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga Allah subhanahu wa ta'ala. Ketika itu, Allah mempersilahkan mereka makan buah-buahan apa saja yang ada di dalam surga dan menikmati segala kenikmatan yang ada padanya, kecuali pohon tertentu. Allah subhanahu wa ta'ala katakan kepada mereka berdua:
“Dan jangan kalian dekati pohon ini sehingga kalian menjadi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al A’raf: 19)

“Sungguh kamu tidak akan lapar padanya dan tidak telanjang dan sungguh engkau tidak akan dahaga padanya, dan tidak tertimpa panas matahari.” (QS. Thaha: 119)

Maka keduanya tinggal di surga selama dikehendaki Allah subhanahu wa ta'ala dengan segala kenikmatannya. Akan tetapi musuh mereka berdua terus mengintai dan mencari kesempatan. Maka ketika setan melihat senangnya Adam alaihishalatu was sallam di dalamnya dan keinginannya yang besar untuk tetap tinggal di dalamnya, setan datang dengan cara yang lembut seolah seorang yang jujur sedang menasehati, ia katakan:
‘Wahai adam apakah engkau mau kutunjukkan sebuah pohon yang jika kamu memakannya kamu akan kekal di surga ini dan akan langgeng kerajaan ini serta tidak akan rusak’. Terus menerus ia rayu Adam alaihishalatu was sallam. Ia janjikan, ia bisikkan, ia berikan harapan dan seolah terus memberi nasehat padahal itu adalah penipuan yang besar. Hingga setan pun berhasil menipu mereka berdua dan akhirnya keduanya makan dari pohon terlarang itu. Maka ketika makan, terlepaslah pakaian mereka berdua sehingga terlihat auratnya, akhirnya keduanya cepat-cepat mengambil daun-daun surga untuk menutupi badan mereka yang telanjang sebagai pengganti pakaian mereka. Seketika itu pula nampak hukuman Allah subhanahu wa ta'ala atas maksiat yang mereka lakukan, lalu Allah subhanahu wa ta'ala menyeru mereka berdua:

“Tidakkah Aku telah melarang kalian berdua makan dari pohon ini dan Aku katakan kepada kalian berdua sungguh setan adalah musuh yang nyata buat kalian berdua.” (QS. Al A’raf: 22).

Kemudian Allah tumbuhkkan pada hati mereka taubat yang sungguh-sungguh.
“Adam memperoleh beberapa kalimat dari Robbnya.” (QS. Al Baqarah: 22).

Maka keduanya berkata: “Wahai Rabb kami, sungguh kami telah berbuat dzalim pada diri kami, jikalau Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, benar-benar kami akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 23).

Maka Allah terima taubat mereka dan Allah hapus dosa yang telah menodai mereka. Akan tetapi keluar dari surga jika mereka memakan dari pohon itu, sudah menjadi keputusan yang pasti sehingga keluarlah mereka ke bumi yang kebaikannya dicampuri dengan keburukannya, kesenangan dicampuri dengan kesusahannya.

Allah kabarkan kepada keduanya bahwa Allah subhanahu wa ta'ala pasti akan memberikan cobaan pada keduanya dan anak cucunya, serta orang-orang yang beriman. Yang beramal shalih akan mendapatkan balasan yang baik, sebaliknya yang mendustakan lagi berpaling, akibatnya adalah kesengsaraan yang abadi dan adzab yang kekal. Allah subhanahu wa ta'ala ingatkan anak cucu Adam akan hal itu, kata-Nya:
“Wahai anak Adam jangan sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan seperti telah mengeluarkan ayah ibu kalian dari surga, ia tanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat. Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dari seuatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka.” (QS. Al A’raf: 27)

Allah subhanahu wa ta'ala kemudian mengganti pakaian yang ditanggalkan oleh setan dari Adam dan Hawa dengan pakaian yang menutupi aurat mereka dan menghiasi mereka secara lahir. Juga dengan pakaiaan yang lebih baik dari itu yaitu pakaian ketakwaan, yakni pakaian hati dan rohani dengan iman, keikhlasan, taubat dan hiasan dengan segala akhlak yang indah serta menanggalkan segala akhlak yang hina. Lalu Allah subhanahu wa ta'ala tebarkan dari Adam alaihishalatu was sallam dan istrinya anak turun yang banyak laki-laki maupun perempuan di muka bumi. Allah ganti mereka generasi demi generasi untuk dilihat oleh-Nya apa yang mereka lakukan.

Faedah yang dipetik:

Allah subhanahu wa ta'ala jadikan kisah itu sebagai ibrah untuk kita yaitu bahwa sesungguhnya sombong, dengki, dan ambisi merupakan akhlak yang berbahaya buat seorang hamba. Kesombongan dan kedengkian iblis membawanya kepada apa yang kita lihat, demikian juga keinginan kuat Adam alaihishalatu was sallam dan istrinya mengantarkan mereka memakan buah pohon itu. Kalaulah rahmat Allah subhanahu wa ta'ala tidak segera menyelamatkan, sungguh perbuatan mereka itu akan menyampaikan kepada kebinasaan. Akan tetapi rahmat-Nya segera menyempurnakan yang kurang, memperbaiki yang rusak, menyelamatkan yang binasa dan mengangkat yang telah jatuh.

Sumber : www.asysyariah.com

Tuesday, March 17, 2009

Nama-nama Bayi Perempuan





{ A }{ B } { C } { D } { E }{ F }{ G } { H } { I } { J } { K } { L } { M }

{ N }{ O } { P } { Q } { R }{ S }{ T }{ U }{ V } { W }{ X }{ Y } { Z }

Nama-nama Bayi Laki-laki





{ A } { B } { C } { D } { E } { F } { G } { H } { I }{ J } { K } { L } { M }

{ N } { O } { P } { Q }{ R }{ S }{ T }{ U }{ V }{ W }{ X }{ Y }{ Z }

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "Z" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "X" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "V" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "P" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "O" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "E" tidak ada

Nama-nama Bayi Perempuan




Nama dengan awalan "C" tidak ada

Monday, March 16, 2009

Nama-nama Bayi Perempuan




Yaquti : Bernilai
Yaziyah : Mudah, senang
Yaniah : Mekar
Yasarah : Kemudahan, kesenangan
Yasawafi : Mematuhi arahan
Yarasyimah : Kemampuan
Yamini : Yang berkat
Yasirah : Yang mudah, yang senang
Yasmina : Bunga melur
Yusra : Kesenangan, kemudahan
Yusrina : Kaya