Nama Bayi Laki-Laki Dan Perempuan

Monday, September 28, 2009

ADAB MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR'AN




ADAB MEMBACA DAN MENGHAFAL AL-QUR'AN

* lkhlaskan niat.
* Bersabar.
* Mulakan bacaan dengan Bismillah.
* Banyak berdoa kepada Allah sm.t.
* Bersih dari hadas kecil dan besar.
* Sebaiknya menghadap kiblat.
* Memakai pakaian putih yang bersih dan menutup aurat.
* Jangan banyak berkata dan ketawa ketika membaca dan menghafal.
* Memberikan tumpuan sepenuhnya.
* Jangan membaca ketika mengantuk atau menguap.
* Berhenti membaca ketika ingin membuang angin.
* Solat dua rakaat sebelum memulakan kelas.

SEBELUM MENGHAFAL

1. Mempunyai azam dan minat untuk menghafal.
2. Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal.
3. Memilih tempat yang sesuai untuk menghafal
4. Berada dalam keadaan tenang.
5. Kosongkan fikiran sebelum menghafal.
6. Pilih sebuah jenis mashaf dan jangan ubah dengan jenis mashaf lain.
7. Beristighfar, membaca selawat dan doa sebefum mula menghafal.
8. Membaca ayat 164 surah Al-Baqarah sebelum mula menghafal.
TEKNIK-TEKNIK MENGHAFAL

A. Teknik "Chunking” (potongan2)

* Memisah-misahkan sepotong ayat yang panjang kepada beberapa bahagian yang sesuai mengikut arahan guru.
* Memisah-misahkan selembar mukasurat kepada beberapa bahagian (2 atau 3 bahagian) yang sesuai.
* Memisah-misahkan surah kepada beberapa bahagian, contohnya mengikut pertukaran cerita.
* Memisah-misahkan juz kepada beberapa bahagian mengikut surah, hizib, rubu', cerita dan sebagainya.
* Memisah-misahkan Ai-Qur'an kepada kelompok surah, setiap 10 juz dan sebagainya.

B. Teknik Mengulang

* Membaca sepotong atau sebahagian ayat sekurang-kurangnya lima kali sebelum mula menghafalnya.
* Membaca ayat yang telah dihafal berulang-ulang kah (10 atau lebih)
sebelum berpindah ke ayat seterusnya.
* Selepas menghafal setiap setengah muka surat, harus diulang beberapa kali sebelum diteruskan bahagian yang kedua.
* Selepas menghafal satu muka surat diulang beberapa kali sebelum
diteruskan ke muka surat seterusnya.
* Sebelum menghafal bahagian Al-Qur'an seterusnya, harus diulang
bahagian yang sebelumnya.

C. Teknik Tumpu dan Ingat

* Menumpukan penglihatan kepada ayat, muka surat dan lebaran.
* Pejamkan mata dan cuba melihatnya dengan minda.
* Sekiranya masih lagi kabur, buka mati dan tumpukan kembali kepada
mashaf.
* Ulanglah sehingga dapat melihat ayat atau muka surat tersebut dengan mata tertutup.

D. Teknik Menghafal Dengan Seorang Teman

* Pilih seorang teman yang sama minat.
* Orang yang pertama membaca dengan disemak oleh orang yang kedua.
* Orang yang kedua membaca dengan disernak oleh orang yang pertarna.
* Saling menyebut ayat antara satu sama lain.

E. Teknik Mendengar Kaset/CD

* Pilih seorang qari yang baik bagi seluruh Al-Qur'an atau beberapa
qari bagi surah-surah tertentu.
* Sebelum mula menghafal, dengar bacaan ayat-ayat yang ingin dihafal
beberapa kali.
* Amati cara, lagu dan tempat berhenti bacaan qari tersebut sehingga
terpahat di fikiran.
* Mula menghafal ayat-ayat tersebut dengan cara dan gaya qari tersebut.
* Sentiasa mendengar kaset/CD bacaan Al-Qur'an dan kurangkan atau
tinggalkan pendengaran lagu-lagu kerana ia akan mengganggu penghafalan.
F. Teknik Merakamkan Suara

* Rakamkan bacaan kita di dalam kaset dan dengar semula untuk
memastikan bacaan dan hafalan yang betul.
* Bagi kanak-kanak, rakamkan bacaan ibu-bapa atau guru kemudian diikuti oleh bacaan kanak-kanak tersebut.
* Minta kanak-kanak tersebut mendengar kembali rakaman tersebut
beberapa kali hingga menghafalnya.

G. Teknik Menulis

* Tulis kembali muka surat yang telah dihafal. Kemudian semak semula dengan mashaf.
* Menulis setiap ayat pertama awal mukasurat, atau setiap rubu', atau
setiap juz, atau setiap surah dalam sehelai kertas.

H. Teknik "Pointers" dan "Keyword‘

* Buat beberapa kotak.
* Setiap kotak merupakan satu mukasurat.
* Catit dalam kotak tersebut beberapa perkataan yang menjadi keyword atau kunci bagi mukasurat tersebut.
* Merenung dan membayangkan kotak tersebut dalam ingatan.
I. Teknik Menghafal Sebelum Tidur

* Membaca atau menghafal beberapa potong ayat sebelum tidur.
* Semasa melelapkan mata, dengar kaset/CD bacaan ayat-ayat tersebut dan bayangkan posisi-nya di minda kita.
* Dengar kembali dari awal surah, juz atau hizib, atau mana-mana yang sesuai sehingga ayat yang telah dihafal. Cuba bayangkan ayat-ayat yang didengar dari kaset/CD di minda kita.
J. Teknik "Mind-mapping“

* Sagi setiap Juz, buat 8 cabang, setiap cabang satu rubu'. Tulis ayat
pertama rubu' tersebut dicabangnya.
* Bagi setiap surah, buat cabang bagi setiap pertukaran cerita atau
rubu'.
* Bagi setiap 10 juz, buat cabang bagi setiap juz, dan cabang yang
lebih kecil bagi rubu'.
MENGEKALKAN HAFALAN

1. Jauhi maksiat mata, maksiat telinga dan maksiat hati.
2. Banyak berdoa, terutama waktu mustajab doa seperti ketika berbuka puasa, ketika belayar, selepas azan dan lain-iain lagi.
3. Kerjakan solat hajat kepada Allah.
4. Kerjakan solat sunat Taqwiyatul hifzi.
5. Menetapikan kadar bacaan setiap hari, contohnya, selembar, setengah juz, 1 juz dan sebagainya.
6. Membaca pada waktu pagi dan mengulangnya pada waktu malam.
7. Jangan membaca ketika sedang bosan, marah atau ngantuk.
8. Menulis setiap ayat yang mutasyabih.

MUDAH-MUDAHAN IKHWAH SEMUA DIDALAM NAUNGAN KERAHMATAN ALLAH DAN PARA MALAIKAT DALAM MENGISIKAN ALQURAN DIDADA. INSYA ALLAH.

Monday, September 14, 2009

JANGAN SEPELEKAN DOSA KECIL




Sudah maklum dikalangan ulama dan kaum muslimin bahwa dosa itu terbagi menjadi dua macam; kabair (dosa-dosa besar) dan shaghair (dosa-dosa kecil). Walau demikian ada juga sebagian ulama yang tidak melihat adanya pembagian seperti ini, namun menganggap bahwa seluruh kemaksiatan dan penyelewangan dari jalan Allah adalah dosa besar karena merupakan keberanian dan kelancangan dihadapan Allah.

Orang yang mengatakan demikian karena melihat betapa besarnya hak Allah atas hamba-hamba-Nya. Ada diantara ulama yang mengatakan: "Suatu dosa dianggap kecil hanya lantaran jika dibandingkan dengan dosa lain yang lebih besar, jika tidak tentulah semua dosa itu besar adanya. "Namun pendapat ini lemah sebab Allah sendiri telah membagi dosa dalam dua bagian yaitu fawahisy/ kabair dan al lamam/shaghair sebagaimana firmanNya:

"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil (QS An Najm: 32)

Jadi pendapat yang benar -wallahu a'lam - adalah bahwa dosa itu terbagi menjadi dua; besar dan kecil. Dan kabair tidaklah terbatas dengan suatu bilangan tertentu namun apa saja yang dilarang oleh Allah dan disertai dengan ancaman Neraka, murka, laknat, adzab atau berhadapan dengan sanksi hadd (hukuman berat yang telah ditentukan jenisnya) di dunia maka itulah kabair, dan yang yang selain demikain maka tergolong shaghair(ithaf as saadah al muttaqin 10/ hal 615-616).

Berubahnya dosa kecil menjadi dosa besar

Imam Ibnul Qayyim pernah berkata: "Dosa-dosa besar biasanya disertai dengan rasa malu dan takut serta anggapan besar atas dosa tersebut, sedang dosa kecil biasanya tidak demikian. Bahkan yang biasa adalah bahwa dosa kecil sering disertai dengan kurangnya rasa malu, tidak adanya perhatian dan rasa takut, serta anggapan remeh atas dosa yang dilakukan, padahal bisa jadi ini adalah tingkatan dosa yang tinggi (tahdzib madarij as salikin hal 185-186). Dengan demikian maka dosa kecil dapat berubah menjadi besar dengan adanya faktor-faktor yang memperbesarnya, yaitu:

Terus-menerus dalam melakukannya

Hal ini karena pengaruh kerasnya jiwa dan adanya raan (bercak) didalam hati, maka dari sini ada qaul mengatakan: "Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar. "Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas Radhiallaahu 'anhu berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-sa'adah al-muttaqin 10/687).

Anggapan remeh atas dosa tersebut

Rasulullah saw telah bersabda:
"Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya." (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath). Rijal dalam dua riwayat ini shahih semuanya kecuali Imran bin Dawir Al Qaththan namun dia dapat dipercaya, demikian kata Imam Al Haitsami dalam Majma' Az Zawaid 10/192.

Ibnu Mas'ud Radhiallaahu 'anhu pernah berkata: "Seorang mukmin melihat suatu dosa seakan-akan ia duduk dibawah gunung dan takut jikalau gunung itu menimpanya dan orang fajir (pendosa) melihat dosa bagaikan lalat yang lewat didepan hidungnya seraya berkata "begini", Ibnu Syihab menafsirkan: yakni berisyarat (mengebutkan) tangannya didepan hidung untuk mengusir lalat.

Suatu ketika shahabat Anas Radhiallaahu 'anhu pernah berkata kepada sebagian tabi'in: "Sesungguhnya kalian semua melakukan suatu perbuatan yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji gandum padahal di masa Nabi saw kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat membinasakan. "(riwayat Al Bukhari). Di sini bukan berarti Anas mengatakan bahwa dosa besar dimasa Rasulullah dihitung sebagai dosa kecil setelah beliau wafat, namun itu semata-mata karena pengetahuan para shahabat akan keagungan Allah yang lebih sempurna. Makanya dosa kecil bagi mereka-jika sudah dikaitkan dengan kebesaran Allah- akan menjadi sangat besar. Dan dengan sebab ini pula maka suatu dosa akan dipandang lebih besar jika dilakukan orang alim dibandingkan jika pelakunya orang jahil, bahkan bagi orang awam boleh jadi suatu dosa dibiarkan begitu saja (dimaklumi) karena ketidaktahuannya yang mana itu tentu tidak berlaku bagi orang alim dan arif. Atau dengan kata lain bahwa besar kecilnya suatu dosa sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan dan keilmuan pelakunya (ithaf as-sa'adah al-muttaqin 10/690).

Tapi meski bagaimanapun seseorang seharusnya dituntut untuk menganggap besar suatu dosa, sebab jika tidak demikian maka tidak akan lahir rasa penyesalan. Adapun jika menganggap besar atas suatu dosa maka ketika melakukannya akan disertai dengan rasa sesal. Ibarat orang yang menganggap uang receh tak bernilai, maka ketika kehilangan ia tak akan bersedih dan menyesalinya. Namun ketika yang hilang adalah dinar (koin emas) maka tentu ia akan sangat menyesal dan kehilangannya merupakan masalah yang besar.

Perasaan menganggap besar terhadap dosa muncul karena tiga faktor:

- Menganggap besar atas suatu perintah (apapun ia).
- Menganggap besar Dzat atau orang yang memerintah.
- Keyakinan akan benarnya balasan.

Merasa senang dan bangga dengan dosa

Seperti seorang pelaku dosa berkata: "Andaikan saja engkau tahu bagaimana aku mempermalukan si fulan, dan bagaimana aku membuka aib dan keburukannya sehingga nampak jelas semua!" Atau misal yang lain: "Seandainya kamu melihat bagaimana aku memukul dia dan menghinakannya!"

Orang ini sudah begitu lupa dengan kejelekan dosa sehingga malah senang tatkala dapat melampiaskan keinginan-nya yang terlarang. Dan perasaan senang terhadap suatu kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya, sekaligus menunjukkan ketidaktahuannya dengan Dzat yang ia maksiati, buruknya akibat dan besarnya bahaya kemaksiatan. Rasa senang dengan dosa telah menutupi semua itu, dan senang dengan suatu dosa lebih berbahaya daripada dosa itu sendiri. Sebab. orang yang berbuat suatu dosa namun sebenarnya tidak senang dengan perbuatan itu maka ia akan segera menghentikannya. Sedangkan rasa senang dengan dosa akan menimbulkan keinginan untuk terus melakukannya.

Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah maka akan menyeretnya untuk melakukan dosa tersebut secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah dan bertekad untuk terus melakukannya. Dan ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang ia lakukan sebelumnya.

Meremehkan "tutup dosa" dan kesantunan Allah

Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya, sebagaimana yang Allah kabarkan kepada kita tentang para pemuka agama kaum Yahudi yang berkata: "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasihnya." Juga firman Allah:

"Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu" Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (QS. Al-Mujadilah: 8)

Membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah

Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah namun ia sendiri malah kemudian menampakkan dan menceritakannya maka dosa kecil itu justru menjadi berlipat karena telah tergabung beberapa dosa. Ia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang ia kerjakan, dan bisa jadi akan memancing orang yang mendengar untuk ikut melakukannya. Maka dosa yang tadinya kecil dengan sebab ini bisa berubah menjadi lebih besar.

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
" Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: "Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!" (HR Muslim, kitabuz zuhd)

Jika pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya

Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau yang semisalnya maka tentunya itu dimaafkan. (Dari Al-'Ibadat Al-Qalbiyah, Dr. Muhammad bin Hasan bin Uqail Musa Asy-Syarif)